Medan -Ikha Zulaikha awalnya tak menyangka keisengan ibunya, Hajjah Mariani, membuat kue bika ambon yang dirintis pada 2003 silam, dikenal masyarakat luas.
Iseng-iseng, Hajjah Mariani yang seorang pensiunan perusahaan farmasi ini belajar membuat bika ambon, yang saat itu sudah sangat populer sebagai oleh-oleh khas yang wajib dibawa jika berkunjung ke Kota Medan.
"Awalnya Ibu setiap hari hanya membuat dan terjual 8 box bika ambon," kata Zulaikha, putri paling bontot dari 4 anak Hajjah Mariani yang saat ini meneruskan bisnis Bika Ambon Zulaikha kepada detikFinance, Selasa (26/7/2016).
"Karena kita termasuk pemain baru, jadi kita pakai strategi pemasaran manfaatkan Lebaran yang permintaannya melonjak tinggi dan toko lain tak mampu memenuhi permintaan. Bika ambon kita laris manis, karena memang tak ada pilihan buat membeli, di tempat lain sudah habis, kalau barang tidak ada orang nggak pilih-pilih tokonya," tambahnya.
Lambat laun, seiring waktu penjualannya terus meroket, lantaran bika ambon yang dibuat Hajjah Mariani rupanya cocok di lidah banyak orang. Dari sebelumnya hanya bisa menjual tak kurang dari 8 box, kini setiap harinya, Zulaikha mampu menjual setidaknya 1.000 box bika ambon dalam seharinya.
Meski terbilang pemain anyar, sampai saat ini, Bika Ambon Zulaikha yang terletak di Jalan Mojopahit bisa disebut-sebut masyarakat Medan jadi toko penjualan bika ambon yang paling besar di kota tersebut.
Kini dirinya sudah membuka satu toko lainnya, masih di jalan yang sama, lantaran toko pertama sudah kewalahan meladeni permintaan yang terus melonjak. Menurut Zulaikha, dari sebelumnya hanya ibunya dan dirinya saja saja, kini usahanya sudah memiliki 50 karyawan untuk bagian produksi dan penjualan.
"Omzet agak rahasia. Tapi sekarang seharinya bisa jual rata-rata minimal 1.000 box, bisa dibilang ratusan juta seharinya. Satu box sekarang dijual Rp 60.000/kg, naik di tahun lalu. Kita agak berat naikkan harga, tapi gula, telur, dan lainnya terus naik harganya," ucap Zulaikha.
Semakin banyak peminat bika ambon miliknya, terutama dari pembeli untuk keperluan oleh-oleh ini, tak lepas dari ketekunannya menjaga kualitas dan rasa dari kue yang lekat dengan warna dominan kuning ini.
"Bikin adonannya itu susah sekali sampai 2 jam lebih. Kemudian bahan nira harus difermentasi setengah hari semalam. Jadi bika ambon yang mau dijual besok dibuatnya tadi sore. Makanya kalau kita kehabisan, ya sudah langsung tutup. Karena memang nggak bisa dibuat cepat," ujar ibu dari 2 puteri yang masih bersekolah di bangku SMP ini.
Zulaikha mengungkapkan, bika ambon produksinya hampir selalu ludes sebelum tokonya tutup pada pukul 21.00. Malahan, saat bulan Ramadan dan Lebaran, penjualannya melonjak menjadi 2 kali lipatnya.
"Kalau permintaan naiknya 2 kali lipat lebih, bisa 5 kali lipat, apalagi saat mau Idul Fitri. Cuma yah itu kita cuma bisa naikkan produksi kemampuannya hanya sampai 2 kali lipat saja," katanya.
Kini, selain menjual bika ambon, Bika Ambon Zulaikha juga menjual oleh-oleh khas Sumatera Utara lainnya seperti kue lapis legit, tauco, dodol Tanjung Pura, jambu biji Medan, sirup markisa, sirup terong Belanda, ikan teri, dan kopi Sidikalang.
"Tapi yang best seller di luar bika ambon itu lapis legit, sehari bisa 500 box terjual. Kalau bika ambon sudah ada 6 varian yaitu original, keju, pandan, moka, durian, dan cokelat. Jadi wajar orang Medan bilang toko bika ambon kita yang paling besar,
No comments:
Post a Comment